Home Region Southeast Asia Ada berapa banyak unicorn di Asia Tenggara?

[Bahasa] Ada berapa banyak unicorn di Asia Tenggara?

0
1103

Faktanya, menghitung jumlah unicorn di Asia Tenggara bukan suatu hal yang gampang karena ada banyak standar penilaian yang dapat dilakukan. Secara umum, Grab, GoJek, Traveloka, Tokopedia, VNG, Bukalapak, dan Lazada dianggap sebagai unicorn di Asia Tenggara. Beberapa juga memandang perusahaan terbuka seperti Sea dan Rezar sebagai unicorn. Tahun lalu, sebuah perusahaan Israel, Trax, muncul sebagai salah satu unicorn, tetapi perusahaan tersebut hanya terdaftar di Singapura.

Tentu saja ada banyak permasalahan yang muncul ketika kita ingin menentukan apakah sebuah perusahaan layak dicap sebagai perusahaan unicorn atau bukan. Mari simak daftar berikut.

1. Jika sebuah perusahaan rintisan atau yang biasa kita kenal dengan startup menghabiskan $700 juta untuk mendapatkan penaksiran senilai $1,5 miliar, maka perusahaan ini juga akan kita sebut dengan unicorn. Namun, nilai pemanfaatan modal tersebut sedikit terlalu rendah.

2. Jika sebuah perusahan rintisan dapat menjual sedikit saham dengan harga tinggi (contoh, 0,001% saham terjual seharga 10 juta dolar AS) dan mendapatkan penilaian unicorn, apakah pasar akan menganggapnya sebagai unicorn?

3. Apakah perusahaan terbuka atau yang perusahaan yang telah diakuisisi juga dianggap sebagai unicorn? Nilai pasar Sea telah menjadi dua kali lipat sejak go public. Jumat lalu perusahaan ini melampaui US $36,8 miliar; harga saham perusahaan telah jatuh sekitar 80% dan valuasi hampir tak cukup US $1 miliar.

4. Skala dan valuasi dari Grab Financial Group, Gopay, dan OVO sudah seharusnya mencapai level unicorn. Tentu saja tidak satupun dari mereka memiliki insentif untuk mengakui hal itu.

5. Ada berbagai perusahaan seperti Trax yang terdaftar di Singapura dan tidak memiliki usaha operasional di Asia Tenggara. Sebagai contohnya, tempat pendaftaran e-commerce raksasa India Flipkart juga berada di Singapura. Jadi, apakah Flipkart juga unicorn di Asia Tenggara? Jika demikian, mungkin Pulau Cayman di Samudera Atlantik adalah tempat paling unicorn di dunia.

Tentunya, ada beberapa perusahaan rintisan seperti PropertyGuru, Zilingo, dll. yang penaksirannya mungkin akan melampaui US $ 1 miliar tetapi ditekan oleh WeWork dan epidemi.

Rekan kami di Cento Ventures mengklasifikasikan penilaian perusahaan-perusahaan Asia Tenggara sebagai berikut:

Dengan kelima poin di atas sebagai konteks, mari kita lihat beberapa perusahaan yang biasa diperbincangkan sebagai unicorn.

  1. Grab

Grab harus dinobatkan sebagai unicorn paling terkenal di Asia Tenggara. Semua orang, baik penduduk di Asia Tenggara maupun wisatawan yang datang untuk berlibur, kurang lebih akan terpapar aplikasi ini. Grab didirikan tahun 2012 oleh seorang warga Malaysia bernama Anthony Tan, yang sejak saat itu menjadi warga Singapura yang dinaturalisasi. Awalnya usaha ini fokus pada bidang ride-hailing, dan kemudian menerima investasi dari Didi, Softbank, dan Toyota pada tahun 2015 hingga 2018.

Setelah beberapa tahun mengembangkan bisnisnya, usaha Grab kini meluas hingga ke jasa antar makanan, pengiriman kilat, pembayaran seluler, keuangan, Internet dan lain-lain. Pada tahun 2018, Grab telah mengalahkan kompetitornya, Uber yang telah membakar uang di Asia Tenggara selama 5 tahun, dan menggabungkan bisnisnya di Asia Tenggara, menjadi aplikasi super sesungguhnya di Asia Tenggara. Pada bulan Februari 2020, Grab mengalami peningkatan sejumlah 9 miliar US dolar  dalam pendanaan, dengan penaksiran lebih dari 14 miliar dolar US. Pada saat yang sama, Grab adalah sebuah perusahaan unicorn dengan taksiran tertinggi di Asia Tenggara.

Beberapa rekan kami di Tiongkok sering membandingkan Grab dengan Didi di Tiongkok. Faktanya, Grab sudah lama menjadi lebih dari sebuah perusahaan taxi online, dan Didi memiliki banyak  pesaing di Tiongkok seperti Meituan, Tencent.

2. Lazada

Lazada adalah perusahaan yang didirikan oleh  “Rocket Internet” pada tahun 2012. Awalnya, tujuan didirikannya Lazada adalah untuk membawa konsep e-commerce ke Asia Tenggara yang secara bertahap menarik perhatian dari Alibaba. Selama dua tahun terakhir, Lazada menerima hampir 3 miliar US dollar investasi strategis. Pada April 2018, Peng Lei, mantan ketua korporasi Ant Financial, mendadak diangkat sebagai CEO Lazada. Dalam dua tahun terakhir, serangkaian perubahan personel dan strategi secara bertahap membuat Lazada dikalahkan oleh Shopee. Untuk itu, mari kita nantikan strategi Lazada selanjutnya.

3. RAZER

Dibandingkan dengan perusahaan unicorn lainnya, Razer memiliki sejarah yang lebih panjang. Warga Singapura Tan Min-liang mendirikan perusahaan itu pada tahun 1998,Sebagai perusahaan peralatan permainan komputer, Razer berkantor pusat di Singapura dan USA,Bisnis awalnya adalah produksi peralatan permainan (seperti mouse dan keyboard).

Razer juga salah satu yang pertama mensponsori pemain esports profesional di dunia. Pada Oktober 2014, Razer meluncurkan Razerblade (serangkaian komputer) dan kemudian menerima investasi dari Intel untuk menjadi unicorn. Razer terdaftar di Hong Kong pada 2017, dan berekspansi ke industri pembuatan ponsel dan e-payment, namun tidak memiliki kinerja yang baik beberapa tahun terakhir. Harga sahamnya pun telah menurun cukup drastis. Nampaknya, perusahaan ini sekarang lebih peduli “bisnis amal”

4. Trax

Trax menyediakan computer vision dan analisis untuk industri ritel. Secara terang-terangan, hal ini dilakukan untuk mereka dalam melakukan riset pasar di industri ritel. Perusahaan Israel ini didirikan pada 2010 dan memiliki lebih dari 150 pelanggan di industri ritel dan FMCG, termasuk raksasa minuman Coca-Cola dan Budweiser. Bisnisnya mencakup lebih dari 50 negara di dunia.

Trax menerima pembiayaan Seri D $ 100 juta yang dipimpin oleh Hopu Investment pada Juli 2019 untuk menjadi unicorn. Boyu Capital (yap, benar! Boyu Capital yang terkenal itu) juga merupakan pemegang saham Trax.

Perlu digaris bawahi juga bahwa Trax lebih berfokus pada mengakuisisi perusahaan daripada mengembangkan produknya sendiri, setelah  mendapat cukup dana

5. JD.ID

JD.ID memulai kegiatan operasionalnya di Indonesia pada awal 2015. JD.ID merupakan pusat perbelanjaan online pertama yang dibangun oleh JD.com di luar negeri. Untuk memenuhi persyaratan budaya lokal Indonesia, karakter anjing yang dijadikan sebagai logo JD.com telah diganti dengan kuda (atau ‘kambing’ menurut beberapa sumber).

Satu supermarket JD.ID yang tidak memiliki pramuniaga dan berlokasi di Jakarta (X-Mart) juga merupakan supermarket tak berpramuniaga pertama yang dibangun oleh JD di luar negeri. Supermarket tersebut merupakan pusat belanja “tak berawak” paling besar saat ini. Saat ini, JD.ID menyediakan jasa perbelanjaan dan pengiriman ke 365 kota di Indonesia.

Pendapatan JD Indonesia seharusya melebihi 1 miliar USD. Menurut pengalaman pribadi saya di Indonesia, kegiatan operasional JD.ID di negara tersebut masih sangat terlokaslisasi. Hubs dan truk JD.ID yang menampilkan logo JD.ID dapat ditemukan bahkan di area pinggiran kota. Waktu pengantaran logistik JD.ID juga cepat. Sesuai dengan tradisi baik JD.com di Tiongkok, menurut pernyataan resmi perusahaan tersebut: 85% pesanan di Indonesia sampai dalam waktu 1 hari (hari berikutnya setelah pemesanan).

Namun, beberapa orang memilki pandangan yang berbeda soal kecocokan metode operasional perusahaan beraset besar ini dengan kondisi pasar e-payment Indonesia, dan kami yakin faktor paling utama permasalahan tersebut adalah determinasi pendiri JD.com serta hubungan antara JD dan rekanannya di Indonesia.

6. Gojek

Gojek merupakan perusahaan favorit di Asia Tenggara. Nama perusahaan ini berasal dari kata bahasa Indonesia, yaitu ‘ojek’, dan perusahaan ini didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2009. terinspirasi oleh ‘saran’ dari para investor. Aplikasi Gojek diluncurkan pada bulan januari 2015 dan kemudian menjadi pilihan para pengguna dan pihak investor. Google, Temasek, Tencent, JD.com dan beberapa perusahaan lainnya telah menanamkan investasi di dalam Gojek. Pembayaran ‘mobile’(e-payment) yang dibawa oleh perusahaan ini merupakan salah satu sistem ‘e-wallet’ yang populer di Indonesia.  

Pada bulan Maret 2020, Gojek mengumumkan telah menyelesaikan pendanaan baru US $ 1,2 miliar. Adanya beberapa permasalahan internal serta kompetisi dengan Grab, saat ini, Gojek telah berkembang dalam wilayah Asia Tenggara , meskipun ekspansinya belum terlalu sukses sejauh ini.

7. Traveloka

Didirikan pada 2012, Traveloka, perusahaan OTA terbesar di Asia Tenggara, saat ini bisnisnya sudah mencakup Indonesia,Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Filipina.Dibandingkan dengan OTA internasional yang lain, perbedaan utama adalah bahwa Indonesia adalah negara dengan tingkat penetrasi kartu kredit yang rendah, jadi Traveloka harus menerima metode pembayaran lokal. Expedia dan GIC adalah pemegang sahamnya. Dalam beberapa tahun terakhir, selaini ride-hailing, e-payment, dan e-commerce, kompetisi antara Traveloka dan Tiket mungkin telah menjadi yang paling mencolok

8. VNG

Didirikan pada tahun 2004, VinaGame saat ini merupakan satu-satunya startup unicorn di Vietnam. Pada awalnya, permainan komputer adalah bisnis utama dan pada tahun 2008, Tencent mengakuisisi hampir 20% sahamnya. Dalam beberapa tahun terakhir, VNG secara bertahap memperluas bisnisnya ke e-commerce, platform sosial, e-payment, dan bidang lainnya. Zing (platform musik video), Zalo (aplikasi sosial), dan ZaloPay (e-payment) melayani jutaan konsumen di Vietnam. VNG juga telah menerima investasi dari IDG Ventures Vietnam dan CyberAgent Capital, dan valuasinya saat ini mencapai sekitar $ 2,7 miliar.

9.Sea

Sea didirikan oleh Forrest Li pada tahun 2009, yang pada saat itu masih menggunakan nama Garena Online. Setelah berganti nama (‘Sea’) pada tahun 2017, perusahaan mengumpulkan US $ 550 juta dan go public di US menjadi perusahaan terdaftar di USA. Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan teknologi dari Asia Tenggara yang terdaftar di pasar ekuitas USA. Sea  memulai usahanya dari bidang ‘game komputer’ lalu masuk ke bidang ‘game mobile’, ‘E-payment’ dan ‘fintech’. Shopee, yang merupakan lini perusahan di bidang e-commerce, serta  Seamoney yang bergerak di bidang ‘fintech’, telah berkembang dengan cepat.

Sea juga telah mengembangkan bisnis ke pasar luar negeri, termasuk Brasil (dan Iran sebagai pasar yang paling baru). Pasar modal juga memandang prospek Sea dengan begitu optimis dan mengumumkan bahwa nilai saham perusahan naik cukup banyak pada tahun 2019 hingga 2020. Perusahaan ini hampir sama besarnya dengan Baidu, dan mungkin akan menyusulnya di masa depan

10. OVO

OVO memulai kegiatan bisnisnya pada tahun 2016 sebagai suatu aplikasi yang menyediakan jasa pembayaran, penukaran poin reward dan jasa keuangan di pusat perbelanjaan Lippo Group. Pada tahun 2017, OVO mendapatkan surat izin operasi sebagai perusahaan Fintech di Indonesia. Perusahaan ini pun kemudian berkembang secara bertahap menjadi perusahaan ‘e-wallet

Lippo Group menguasai lebih dari 15 miliar USD aset dan menanamkan investasi substansialnya di dalam industri retail, media, perumahan, perbankan, sumber alam, hotel dan kesehatan. Sebagai contoh, proyek perumahan Meikarta yang akhir-akhir ini cukup gencar dipromosikan di Indonesia ternyata dikembangkan oleh Lippo Group. 

Selain Lippo, OVO juga mengundang beberapa perusahaan seperti Grab dan Tokopedia sebagai stakeholder utama mereka. Dua perusahaan unicorn ini bersama-sama menguasai 70-80% saham OVO. Beberapa survei dan penelitian menobatkan OVO sudah menjadi  e-wallet papan atas di Indonesia

11. Bukalapak

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zacky pada tahun 2010, dan sekarang ini Bukalapak merupakan salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia. Pada tahun 2015, Bukalapak menerima  dana dari raksasa media  Emtek,Emtek menguasai 49% saham Bukalapak. Emtek berinvestasi pada sejumlah bisnis internet, dan perusahannya yang paling terkenal adalah Dana, yaitu perusahaan e-wallet yang bekerja sama dengan Ant Financial Group, Sejak saat itu, Bukalapak mulai berkembang di beberapa bidang dan perusahaan ini meluncurkan Mitra Bukalapak,  targetnya adalah warung-warung di daerah pedesaan. Pada saat yang sama, Bukalapak bekerja sama dengan Dana untuk meluncurkan merek jasa keuangan bernama BukaDana dan BukaCicilan.

Meskipun BNI dan Tokopedia juga berfokus pada area pedesaan dan bisnis-bisnis offline, Bukalapak lebih aktif di bidang bisnis internasional. Pada bulan Mei 2019, Bukalapak meluncurkan satu platform baru, namanya BukaGlobal, untuk menyatukan lebih dari 4 juta pedagang Indonesia dengan konsumen internasional. Kami berpendapat bahwa perjalanan perusahaan ini untuk mencapai visi bisnis globalnya masih cukup panjang.

12. Tokopedia

Tokopedia didirikan pada tahun 2009 oleh William Tanuwijaya dari Sumatera Utara, Indonesia. Pada tahun 2014, Tokopedia menerima investasi sebesar 100 juta USD dari Sequoia Capital dan Softbank. Alibaba juga memberikan suntikan dana sebesar 1.1 miliar USD pada tahun 2017.Alibaba dan Softbank kembali memberikan dana sebesar 1.1 miliar USD pada tahun 2018.

Hal yang menarik dari rumor tersebut adalah Tanuwijaya menyebutkan bahwa pertemuannya dengan pendiri SoftBank, Masayoshi Son, pada tahun 2014 merupakan titik balik bagi perusahaan ini, karena pada saat itu Tokopedia dan Tanuwijaya sedang menghadapi masa-masa sulit dan sering mendapatkan penolakan. Terdengar familiar seperti pertemuan Jack dan Masayoshi Son beberapa waktu lalu, bukan? Investasi Son sejumlah US $ 20 juta di Alibaba sekarang bernilai setidaknya US $ 140 miliar

Tanuwijaya pernah menyampaikan bahwa misi Tokopedia pada tahun 2019 adalah mendapatkan profitabilitas di tahun 2020. Misi ini hampir saja tertunda akibat situasi lingkungan makro akhir-akhir ini.

13. Revolution Precrafted

Revolution Precrafted adalah perusahaan rintisan real estate yang didirikan di Filipina pada tahun2015 Startup ini secara luar biasa mencapai status unicorn, dan tetap menjadi satu-satunya unicorn‘ di  Filipina. Revolution Precrafted dedikasi untuk mengantarkan rumah-rumah yang disesuaikan untuk pelanggan seperti halnya IKEA mengirimkan furnitur ke rumah konsumen.

Berikut adalah looks pendiri perusahaan tersebut setiap harinya:

(apakah Anda yakin Revolution Precrafted layak mendapatkan penilaian unicorn? Kami tidak)

Apakah Asia Tenggara menghasilkan lebih banyak unicorn di masa depan?

Saat ini ada 13 unicorn di Asia Tenggara, tepatnya di Singapura, Indonesia, Vietnam dan Filipina. 11 unicorn di antaranya berada di Singapura dan Indonesia. 5 unicorn fokus pada industri e-commerce. Hal ini menunjukkan potensi besar pasar e-commerce Asia Tenggara, dan penyebaran e-commerce tentu akan mendorong pengembangan logistik, e-payment, dan fintech di wilayah tersebut. Singapura dan Indonesia juga menjadi pimpinan masing-masing melalui kemampuan inovasi dan ukuran populasi masing-masing. tentang Filipina dan Vietnam, keduanya memiliki populasi sekitar 100 juta, dan masing-masing memiliki unicorn (meskipun salah satu dari mereka lebih aneh daripada yang lain).

Dapatkah Singapura dan Indonesia terus mempertahankan posisi terdepan mereka di masa depan?

Bagi mereka yang berencana untuk mencakup seluruh pasar lebih dari 600 juta orang di Asia Tenggara, cara menembus batas-batas budaya antarnegara dan wilayah, membangun pemahaman mendalam tentang kebiasaan konsumsi lokal dan lingkungan pasar adalah kunci sukses paling mendasar. Dan ya, 10 tahun ke depan, setelah pandemi Covid-19 berakhir, kami sangat yakin bahwa Asia Tenggara akan melahirkan lebih banyak unicorn.